16 November 2008

Cara Menjadi Orang Bijak

1. Tidak Emosional, hal itu berarti orang yang temperamental, mudah marah, meledak-ledak, gampang tersinggung, sulit menjadi bijaksana dan hanya dapat menjadi bijak dengan pertolongan Allah dan kegigihan usaha untuk berubah, jadi orang yang bijak adalah orang yang terampil mengendalikan diri. Berhati-hatilah jika kita termasuk orang yang mudah marah maka jika bertindak biasanya cenderung tergesa-gesa. Orang-orang yang emosional tersinggung sedikit akan sibuk membela diri dan membalas menyerang, ini tidak bijaksana karena yang dicari adalah kemenangan pribadi bukan kebenaran itu sendiri.

2. Tidak egois, orang yang egois jelas tidak akan dapat menjadi bijak, karena bijak itu pada dasarnya ingin kemaslahatan bersama, orang yang egois biasanya hanya menginginkan kebaikan untuk dirinya sendiri. Rasulullah selalu hidup dalam pengorbanan, begitu pula Indonesia dapat merdeka oleh orang-orang yang berjuang penuh pengorbanan. Orang yang bijak adalah orang yang mau berkorban untuk orang lain bukan mengorbankan orang lain untuk kepentingan dirinya sendiri.

3. Suka cinta dan rindu pada nasihat, akan sangat bodoh jika kita masuk hutan tanpa bertanya kepada orang yang tahu mengenai hutan. Jika kita di beri nasihat seharusnya kita berterima kasih. Jika kita tersinggung karena di sebut bodoh maka seharusnya kita tersinggung jika disebut pintar karena itu tidak benar. Jika kita alergi terhadap kritik, saran, nasehat atau koreksi maka kita tidak akan bisa menjadi orang yang bijak. Jika seorang pemimpin alergi terhadap saran atau nasehat, bahkan memusuhi orang yang mengkritik, maka dia tidak akan pernah bisa memimpin dengan baik.

4. Memiliki kasih sayang terhadap sesama, Rasa sayang yang ada diharapkan tetap berpijak pada rambu-rambu yang ada seperti ketegasan. Diriwayatkan bahwa orang yang dinasehati oleh Rasulullah secara bijak berbalik menjadi orang yang lebih baik dari sebelumnya. Orang-orang yang bijak akan sayang terhadap sesama. Berbeda dengan orang-orang yang hidup penuh dengan kebencian, dimana kepuasan bathinnya adalah menghancurkan orang lain. Pemimpin sebaiknya memiliki kasih sayang yang berlimpah tidak hanya pada waktu kampanye saja. Kasih sayangnya juga tidak hanya untuk satu pihak atau kelompok melainkan merata untuk semua golongan.

5. Selalu berupaya membangun, Orang yang bijak tidak hanyut oleh masa lalu yang membuat lumpuh tetapi selalu menatap ke depan untuk memperbaiki segalanya. Orang yang bijak akan membangkitkan semangat orang yang lemah, menerangi sesuatu yang gelap. Jika melihat orang yang berdosa, maka ia akan bersemangat untuk mengajak orang tersebut untuk bertaubat. Orang yang bijak ingin membuat orang maju dan sangat tidak menyukai kehancuran dan kelumpuhan kecuali bagi kebathilan. Semangat orang yang bijak adalah semangat untuk maju tidak hanya untuk dirinya tetapi juga bagi orang lain disekitarnya.

contoh :

Ada seseorang saat melamar kerja, memungut sampah kertas di lantai ke dalam tong sampah, dan hal itu terlihat oleh peng-interview, dan dia mendapatkan pekerjaan tersebut.

Ternyata untuk memperoleh penghargaan sangat mudah, cukup memelihara kebiasaan yang baik.

Ada seorang anak menjadi murid di toko sepeda. Suatu saat ada seseorang yang mengantarkan sepeda rusak untuk diperbaiki di toko tsb. Selain memperbaiki sepeda tsb, si anak ini juga membersihkan sepeda hingga bersih mengkilap. Murid-murid lain menertawakan perbuatannya. Keesokan hari setelah sang empunya sepeda mengambil sepedanya, si adik kecil ditarik/diambil kerja di tempatnya.

Ternyata untuk menjadi orang yang berhasil sangat mudah, cukup punya inisiatif sedikit saja.

Seorang anak berkata kepada ibunya: “Ibu hari ini sangat cantik.” Ibu menjawab: “Mengapa?”

Anak menjawab: “Karena hari ini ibu sama sekali tidak marah-marah.”

Ternyata untuk memiliki kecantikan sangatlah mudah, hanya perlu tidak marah-marah.

Seorang petani menyuruh anaknya setiap hari bekerja giat di sawah. Temannya berkata: “Tidak perlu menyuruh anakmu bekerja keras, Tanamanmu tetap akan tumbuh dengan subur.” Petani menjawab: “Aku bukan sedang memupuk tanamanku, tapi aku sedang membina anakku.”

Ternyata membina seorang anak sangat mudah, cukup membiarkan dia rajin bekerja.

Seorang pelatih bola berkata kepada muridnya: “Jika sebuah bola jatuh ke dalam rerumputan, bagaimana cara mencarinya?” Ada yang menjawab: “Cari mulai dari bagian tengah.” Ada pula yang menjawab: “Cari di rerumputan yang cekung ke dalam.” Dan ada yang menjawab: “Cari di rumput yang paling tinggi.” Pelatih memberikan jawaban yang paling tepat: “Setapak demi setapak cari dari ujung rumput sebelah sini hingga ke rumput sebelah sana.”

Ternyata jalan menuju keberhasilan sangat gampang, cukup melakukan segala sesuatunya setahap demi setahap secara berurutan, jangan meloncat-loncat.

Katak yang tinggal di sawah berkata kepada katak yang tinggal di pinggir jalan: “Tempatmu terlalu berbahaya, tinggallah denganku.” Katak di pinggir jalan menjawab: “Aku sudah terbiasa, malas untuk pindah.” Beberapa hari kemudian katak “sawah” menjenguk katak “pinggir jalan” dan menemukan bahwa si katak sudah mati dilindas mobil yang lewat.

Ternyata sangat mudah menggenggam nasib kita sendiri, cukup hindari kemalasan saja.

Ada segerombolan orang yang berjalan di padang pasir, semua berjalan dengan berat, sangat menderita, hanya satu orang yang berjalan dengan gembira. Ada yang bertanya: “Mengapa engkau begitu santai?” Dia menjawab sambil tertawa: “Karena barang bawaan saya sedikit.”

Ternyata sangat mudah untuk memperoleh kegembiraan, cukup tidak serakah dan memiliki secukupnya saja

Teman, untuk menjadi bijak ternyata tidaklah sulit. Kita tidak selalu harus melakukan hal-hal yang luar biasa. Terkadang kita hanya perlu melakukan hal-hal yang biasa dengan cara yang berbeda.

Kesimpulan

Siapakah sebenarnya orang bijak itu? Apakah ia orang yang selalu berbuat benar ? Jelas tidak mungkin seseorang selalu berbuat benar selama hidupnya tapi ketika ia menyadari telah berbuat salah dan melakukan sesuatu untuk mengoreksi kesalahan itu maka bisa
dikatakan dia orang yang bijak.

Orang yang punya ilmu dan pengalaman segudang belum tentu akan menjadi bijak dengan sendirinya. Ilmu dan pengalaman hanyalah
sekedar 'content', kebijaksanaan adalah bagaimana seseorang memproses 'content' tersebut. Ketika seorang bijak melihat, ia melihat secara transparan, bagaikan kaca yang bening melewatkan seluruh cahaya yang diterimanya. Jika ditunjang dengan banyaknya pengalaman dan luasnya ilmu maka ia bisa mencerna sesuatu secara menyeluruh dalam berbagai aspek untuk menambah level kebijaksanaannya.

Boleh jadi kita menyukai sesuatu, padahal sebenarnya ia buruk bagi kita, dan boleh jadi kita membenci sesuatu, padahal ia baik bagi kita.

Bijaksana berarti selalu berproses dan belajar. Ia tidak boleh berhenti
pada satu kesimpulan yang telah dibuat karena waktu akan mengungkap segalanya sehingga di masa depan segalanya bisa saja terjadi. Apa yang kita anggap baik, ternyata buruk dan sebaliknya. Karena kebenaran sebenarnya juga terikat ruang dan waktu, sebagaimana kita.

Orang yang bijak tidak akan memenuhi otaknya dengan idealisme dan ekspektasi. Ia melihat dunia sebagaimana adanya, bukan sebagaimana yang ia pikirkan. Pikiran akan menjadi ilusif dan delusif ketika ia dipenuhi begitu banyak keinginan. Orang yang bijak bisa mengendalikan keinginan yang bersumber dari hawa nafsu
agar tidak meracuni otaknya. Ketika anda mengharapkan sesuatu, karena saking berharapnya anda maka harapan tersebut akan berubah menjadi kebutuhan tanpa anda sadari. Dan kemudian ketika anda tidak mampu memenuhinya maka otak anda akan menciptakan ilusi sebagai bentuk pemenuhan. Berhati-hatilah dengan apa
yang anda inginkan, karena ilusi yang dihasilkannya akan menjauhkan anda dari kehidupan nyata.

Terlepas dari semua itu menjadi bijak adalah sebuah pilihan hidup. Apakah kita mau untuk selalu belajar ? Apakah kita mau untuk selalu membersihkan kaca supaya bening ? Apakah kita mau untuk peduli dengan kebenaran dan kenyataan hidup? Segalanya diawali dengan kemauan, lalu alam akan menunjukkan jalan.

Tidak ada komentar: